"Ummi, kenapa Ummi meneteskan air mata? Kenapa Ummi terlihat begitu bersedih? Ummi, ceritakanlah pada Abi duka apa yang telah merusak taman bahagia di hati Ummi! Ummi, ku tak kuasa melihat matamu basah berair. Ummi, dukamu adalah dukaku juga. Ayolah Ummi, bukalah jendela hatimu, agar ku dapat melihat isi hatimu yang terluka itu!"
Farhan menyeka air mata yang menetes di pipi istrinya yang sangat ia cintai itu. Ia rangkul istrinya penuh kasih sayang. Ia dekap erat dengan sepenuh cinta. Kamila masih mengenakan pakaian shalat. Ia terlihat begitu anggun di mata Farhan. Laksana bidadari yang turun ke bumi. Memandangnya menyejukkan hati. Mendengarkan kata-katanya menentramkan jiwa. Menyentuhnya mengalirkan ketenangan luar biasa dalam jiwanya.
"Ayolah Ummi, ceritakan lah apa yang terjadi. Sebegitu dalamkah duka itu? Sebegitu perihkah sakit itu?"
Farhan menyeka air mata yang menetes di pipi istrinya yang sangat ia cintai itu. Ia rangkul istrinya penuh kasih sayang. Ia dekap erat dengan sepenuh cinta. Kamila masih mengenakan pakaian shalat. Ia terlihat begitu anggun di mata Farhan. Laksana bidadari yang turun ke bumi. Memandangnya menyejukkan hati. Mendengarkan kata-katanya menentramkan jiwa. Menyentuhnya mengalirkan ketenangan luar biasa dalam jiwanya.
"Ayolah Ummi, ceritakan lah apa yang terjadi. Sebegitu dalamkah duka itu? Sebegitu perihkah sakit itu?"
Farhan dengan sabar menunggu kata-kata Kamila. Baru kali ini istrinya menangis begitu sedih. Tak seperti biasanya. Setiap pulang dari luar rumah istrinya selalu tersenyum menyambut kedatangannya. Tapi kali ini, Kamila menyambutnya dengan deraian air mata.
"Berita pagi ini begitu menyakitkan. Tentara-tentara Israel menyerang kapal yang membawa bantuan untuk rakyat Palestina. Barusan Ummi buka situs Eramuslim.com dan membaca berita penyerangan itu."
Farhan mengarahkan matanya pada layar monitor komputer yang masih menyala. Ia beranjak lalu duduk di depan layar komputer. Membaca berita tentang penyerangan tentara Israel terhadap kapal pembawa bantuan untuk rakyat Palestina. Dadanya bergemuruh seketika. Rona wajahnya berubah. Emosinya naik beberapa derajat. Dadanya terasa sesak. Sungguh sangat biadab!! Kebenciannya pada orang-orang Israel semakin meluap-luap. Darahnya mendidih.
"Kekejian ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Umat Islam harus bertindak. Harus melakukan perlawanan!!"
"Abi, duka ini begitu dalam. Luka ini begitu sakit. Sungguh tak kuasa Ummi menahan sakit ini. Tindakan pasukan biadab Israel itu sungguh di luar prikemanusiaan. Mereka adalah bangsa barbar dan biadab. Abi, ku teguhkan hati ini untuk mengabdi pada agama yang ku cintai ini. Abi mari kita berdoa pada Allah agar Ia mengabulkan permintaan kita untuk melahirkan para syuhada yang akan berjuang di jalan-Nya, menghancurkan musuh-musuh-Nya. Abi, jika genderang jihad telah ditabuh, teguhkan iman dalam dada, sambutlah seruan itu dengan sepenuh jiwa dan sepenuh cinta. Ummi relakan Abi di jalan-Nya dan semoga Allah menerimannya."
Pagi itu mereka melaksanakan shalat hajat. Bersimpuh dan meminta pada Allah, Sang Maha Kuasa. Air mata mereka mengalir deras. Mereka berdoa dengan penuh khusyuk dan tadharru'. Memohon pada Allah agar menjadikan mereka para syuhada di jalan-Nya dan mengaruniakan keturunan-keturunan yang akan berjuang di jalan-Nya, membela agama-Nya, menghancurkan musuh-musuh-Nya."
"Berita pagi ini begitu menyakitkan. Tentara-tentara Israel menyerang kapal yang membawa bantuan untuk rakyat Palestina. Barusan Ummi buka situs Eramuslim.com dan membaca berita penyerangan itu."
Farhan mengarahkan matanya pada layar monitor komputer yang masih menyala. Ia beranjak lalu duduk di depan layar komputer. Membaca berita tentang penyerangan tentara Israel terhadap kapal pembawa bantuan untuk rakyat Palestina. Dadanya bergemuruh seketika. Rona wajahnya berubah. Emosinya naik beberapa derajat. Dadanya terasa sesak. Sungguh sangat biadab!! Kebenciannya pada orang-orang Israel semakin meluap-luap. Darahnya mendidih.
"Kekejian ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Umat Islam harus bertindak. Harus melakukan perlawanan!!"
"Abi, duka ini begitu dalam. Luka ini begitu sakit. Sungguh tak kuasa Ummi menahan sakit ini. Tindakan pasukan biadab Israel itu sungguh di luar prikemanusiaan. Mereka adalah bangsa barbar dan biadab. Abi, ku teguhkan hati ini untuk mengabdi pada agama yang ku cintai ini. Abi mari kita berdoa pada Allah agar Ia mengabulkan permintaan kita untuk melahirkan para syuhada yang akan berjuang di jalan-Nya, menghancurkan musuh-musuh-Nya. Abi, jika genderang jihad telah ditabuh, teguhkan iman dalam dada, sambutlah seruan itu dengan sepenuh jiwa dan sepenuh cinta. Ummi relakan Abi di jalan-Nya dan semoga Allah menerimannya."
Pagi itu mereka melaksanakan shalat hajat. Bersimpuh dan meminta pada Allah, Sang Maha Kuasa. Air mata mereka mengalir deras. Mereka berdoa dengan penuh khusyuk dan tadharru'. Memohon pada Allah agar menjadikan mereka para syuhada di jalan-Nya dan mengaruniakan keturunan-keturunan yang akan berjuang di jalan-Nya, membela agama-Nya, menghancurkan musuh-musuh-Nya."
0 manusia berfikir:
Post a Comment